Masihkah Kita Butuh Polisi?
Masihkah Kita Butuh Polisi? | Foto ©Pinterest |
Saya tertegun melihat perlakuan aparat kepolisian terhadap para masa aksi. Bukankah seharusnya mereka berdampingan dan menjaga masa aksi? tapi kenapa yang terjadi di lapangan sama sekali tidak mencerminkan demikian.
Para polisi terlihat sangat bersemangat ketika harus menggunakan perlengkapannya untuk menghajar masa aksi. Terutama mahasiswa, ataupun pelajar yang terlihat lemah dan tentunya tidak dilapisi dengan perangkat pengaman tubuh seperti mereka.
Bagaikan serigala yang kelaparan dan berniat untuk menyantap habis sebongkah daging rusa segar yang lemah tak berdaya. Merinding saya melihat fenomena seperti itu, batin saya teriris tak dapat menahan tangis.
Beberapa hari yang lalu, saya mendapat kabar terkait penyerangan segerombolan polisi ke sekretariat PII di Jakarta. Sepertinya aparat kita telah melakukan penganiayaan yang membabi buta hingga meninggalkan banyak bercak darah dimana-mana. Sangat tidak manusiawi aparat kita ini.
Disitu tertulis "pada Selasa (13/10/2020) hari ini, berimbas pada dirusaknya Sekretariat Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Jakarta di Jalan Menteng Raya 58 oleh oknum aparat." Saya tidak sepakat dengan penggunaan kata oknum disini, karena terkesan menutupi kebobrokan sebuah instansi. Mengapa tidak kita sebut saja secara gamblang bahwa kejadian naas itu adalah ulah dari "Aparat Kepolisian" yang mana mereka adalah anggota intsansi Kepolisian Republik Indonesia dan bertugas sebagaimana tertulis dalam surat tugas yang mereka terima.
Mereka Anggota kepolisian yang memang sudah dididik dan dibentuk bukan lagi menjadi pengayom masyarakat tapi mereka di haruskan bersikap menjadi Algojo yang berpihak pada pemerintah saat ini. Maka siapa pun yang mengganggu kenyamanan dan berlawanan dengan pemerintah, habislah mereka ditangan Aparat kita.
Lalu apa yang harus dilakukan agar fenomena serupa tidak kembali terjadi di negeri ini?
Indonesia harus mengevaluasi total soal keberadaan dan pemanfaatan Aparatnya. Jika memang keberadaannya tidak bisa menciptakan keamanan dan kesejahteraan, maka segera hapuskan instansi-instansi pembentuk alat perang yang tidak berperikemanusiaan.
Masyarakat butuh Pengayom, penjaga yang secara tulus menjalankan tugasnya demi ketenteraman masyarakat. Bukan tukang pukul, tukang hardik yang rela berlumuran darah dari orang-orang lemah.
Toh sudah menjadi rahasia umum soal kebobrokan kepolisian kita saat ini. Bukan hanya soal kebrutalan mereka kepada demonstran, tapi masih banyak hal lainnya yang sebenarnya kita sudah tahu dan memilih untuk sekedar tahu tanpa mengusut lebih dalam hal tersebut.
Saya rasa, sudah saatnya bagi kita untuk membuka mata dan menjadi lebih berani lagi dalam melawan ketidak adilan yang telah dilakukan oleh para Aparat Kepolisian. Sudah saatnya kita gaungkan kembali #MOSITIDAKPERCAYA untuk Pemerintah dan Instansi-instansi negara yang sudah tidak dibutuhkan keberadaannya.
Penulis: Rara